Kelompok ini berada di Dusun Bulu Desa Tengnga, Kecamatan Majauleng Kabupaten Wajo yang berdiri pada tahun 2011. Hal ini berawal dari informasi Bapak Kepala Desa (Andi Rusdin) bahwa ada dana yang bisa dipinjam di UPK Kecamatan Majauleng melalui PNPM-MPd dengan syarat membentuk kelompok. Setelah menerima informasi itu, maka ada dua belas orang yang siap menjadi anggota kelompok dan sepakat untuk mengajukan proposal permohonan dana bergulir di UPK kecamatan Majauleng dan sangat berharap agar mendapatkan dana bergulir UEP agar dapat membantu permodalan usaha tenun sarung sutera dan usaha perdagangan masing-masing anggota.
Pada
saat itu yang dipilih jadi ketua yaitu ibu Sri Wahyuni dan sampai sekarang
masih dipercaya jadi ketua kelompok karena sangat loyal dalam memimpin
kelompoknya. Permohonan dana pada perguliran pertama
sebesar Rp. 26.500.000,- untuk 12 orang anggota. Pada
perguliran ketiga
sebesar 37.000.000,-
untuk 13 orang anggota. Selama 3
kali perguliran tersebut, selama itu pula telah mengalami pergantian struktur
keanggotaan kelompok kecuali Ketua
Kelompok (A. Marwah) yang
tetap dipercaya jadi ketua. Adapun struktur dan anggota kelompok pada
perguliran kelima yakni sebagai berikut: Ketua, Sri
Wahyuni; Sekretaris, Sarifa Fatimah; Bendahara
Ratnawati; Anggota Hj. Sitambolo, Sarifa Indare, Darmawati, Kamaria, Patimang,
Rahmawati, A. Nurdalia, Hj. Sitti Hamid, Nurfaidah, Patimasang.
Alhamdulillah,
yang perlu dicatat dari kelompok ini adalah kekompakan anggota kelompok yang
tetap terjaga. Terbukti, selama mendapat dana UEP tidak pernah mengalami
tunggakan membayar di UPK. Hal ini karena berlakunya tanggung renteng di
anggota kelompok. Ketua kelompok yang langsung talangi jika ada anggota
kelompok yang tidak membayar. Kalau mau dilihat dari segi ekonomi produktifnya,
memang sangat pantas untuk diberi dana. Bagaimana tidak, anggota kelompok
mempunyai usaha produktif yaitu tenun sarung sutera dan usaha perdagangan.
Peluang
ke depan anggota kelompok ini untuk berkembang sangat terbuka karena permintaan
pasar akan kain sutera semakin meningkat. Hal ini terbukti, ketika perguliran
pertama masih banyak anggota kelompok yang belum memiliki alat tenun sendiri.
Namun pada perguliran ketiga, semua anggota kelompok telah memiliki alat
pertenunan sendiri. Bahkan ada sebagian
anggota kelompok yang telah memiliki 3 sampai 4 alat pertenunan. Tetapi yang
perlu diingat adalah persaingan dunia usaha ke depannya akan semakin tidak
menentu. Contohnya untuk sarung sutera, munculnya alat-alat teknologi canggih
yang bisa menghasilkan sarung sutera yang le bih banyak
jika dibandingkan dengan anggota kelompok yang hanya menggunakan alat-alat
tradisional atau alat tenun bukan mesin (ATBM). Tetapi, tingkat kepercayaan
konsumen terhadap produksi yang menggunakan alat-alat tradisional masih jauh
lebih tinggi. Jadi peluang anggota kelompok untuk berkembang tetap terbuka.
Kelompok ini akan terus
berbenah diri baik dalam administrasi kelompok maupun dalam kekompakan anggota.
Sehingga tetap bertahan dan tetap mendapat dana bergulir sehingga anggota
kelompok semakin sejahtera dan berdaya sesuai dengan keinginan PNPM-MP yang
ingin menjadikan masyarakat Indonesia berdaya dalam segala hal terutama
perekonomian masyarakat luas. (FK Majauleng – Kab. Wajo)
0 comments:
Post a Comment