Thursday, December 11, 2014

Mimpi yang Jadi Kenyataan

BY Unknown No comments

Kecamatan Tondong Tallasa adalah salah satu kecamatan yang mendapat kegiatan PNPM-MPd sejak tahun 2008.  Berbagai prasarana telah dibangun seperti jalan, jembatan, saluran irigasi, Posyandu, bangunan PAUD, Air Bersih dan kegiatan ekonomi berupa Simpan Pinjam Perempuan (SPP).  Tentunya semua itu dibangun dan dikembangkan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat sebagaimana misi dan tujuan PNPM-MPd yang dicanangkan oleh pemerintah.
Desa Bantimurung merupakan salah satu desa diwilayah Kecamatan Tondong Tallasa yang pada tahun 2011 mendapat jenis kegiatan yang dibiayai oleh PNPM MPd yakni Pembangunan Jembatan Gantung.  Jembatan Gantung ini berlokasi di Dusun Manyampa kurang lebih 10 km ke arah timur ibukota kecamatan, yang merupakan lokasi yang cukup terisolir oleh karena dibelah oleh sungai yang cukup lebar sekitar 25 meter.  Di Dusun ini juga terdapat Sekolah Dasar (SD) dan masjid.  Tentunya aktivitas masyarakat cukup terganggu terutama pada musim hujan dimana masyarakat agak kesulitan karena harus menyeberang sungai dengan segala resiko yang ada.  Bagi petani yang ingin mengangkut hasil panen ataupun menyeberangkan peralatan tani (traktor) mau tidak mau harus melewati sungai tersebut. 
Begitu pula bagi anak sekolah, guru, tenaga kesehatan maupun masyarakat harus pula melewati jembatan darurat yang tersedia berupa titian bambu yang panjangnya kurang lebih 20 meter dengan ketinggian 8 meter.  Sungguh suatu upaya dan perjuangan yang cukup berat dan beresiko tinggi.
Oleh masyarakat, kondisi ini selanjunya di usulkan kepada PNPM MPd.  Dengan berbagai proses mulai dari Musyawarah Desa (MD),  penulisan usulan, Verifikasi, MAD Perengkingan dan MAD Penetapan sampai pada akhirnya kegiatan ini didanai pada tahun anggaran 2011.  Perjuangan belum selesai... karena lokasi yang cukup sulit oleh para pelaku khususnya TPK Desa Bantimurung merasa ragu apakah bisa dikerjakan atau tidak mengingat medan yang berliku ditambah dengan melewati satu sungai lagi, khawatir dengan droping material, khawatir dengan pengangkutan tali sling dan sebagainya.  Tapi dengan “semangat 45” dibantu dengan masyarakat, Ketua RK Manyampa dan motivasi serta bimbingan dari fasilitator (ayo... kamu bisa...!!!), akhirnya pembangunan jembatan ini bisa diselesaikan tepat pada waktunya. 
Menjadi kebanggaan memang, bukan hanya masyarakat Dusun Manyampa tapi seluruh masyarakat karena Jembatan Gantung ini merupakan monumen pertama yang dibangun di KecamatanTondong Tallasa.  Sampai-sampai seluruh pelaku baik KPMD, TPK, RK Manyampa terharu ketika pekerjaan ini diserah terimakan dan oleh ibu PJOK Kabupaten bersama Tim Satker ketika berkunjung ke lokasi ini merasa puas dan bangga dengan adanya pembangunan jembatan gantung ini.  “Ternyata kita bisa “tonji” bangun Jembatan gantung dengan anggaran yang ada”, katanya. 
Masyarakat tidak lagi melewati sungai, anak sekolah tidak lagi melewati titian bambu, petani tidak lagi memutar mencari lokasi yang aman, para guru bisa tepat waktu mengajar, aparat desa bisa sewaktu-waktu berkunjung ke lokasi ini bahkan menurut keterangan Ketua RK Manyampa, Syarifuddin Abbas : “Sebelum adanya jembatan, motor yang dimiliki oleh masyarakat sini Cuma 2 unit, sekarang sudah bertambah menjadi 4 unit.  Yang tadinya hanya bisa diparkir di seberang dirumah tetangga kini sudah bisa sampai pada kolong rumah sendiri sungguh suatu kesyukuran yang luar biasa dan mimpi yang jadi kenyataan”.  “Coba kalo bukan PNPM, entah sampai kapan jembatan ini bisa terwujud”, ujar Pak Abbas.

Dampak Ekonomi
Saat ini wilayah tersebut sudah jauh perkembangannya, sejak bulan Agustus 2014 jaringan listrik sudah masuk kerumah-rumah di Manyampa.  Kampung ini tidak lagi gelap gulita dimalam hari.  Roda perekonomian semakin berputar, terbukti fasilitas kendaraan bermotor warga yang tadinya hanya 4 unit (tahun 2011) sekarang sudah bertambah menjadi 39 unit motor (milik masyarakat), belum lagi dari para pedagang keliling yang setiap hari bisa berkunjung ke daerah ini.
Harga kacang, misalnya.  Tadinya masyarakat ketika hendak menjual hasil kacangnya, akan dikenakan biaya transport dari petani ke pembeli sebesar Rp.500,- perkilo untuk biaya pikul karena melewati sungai.  Setelah adanya jembatan gantung ini, petani bisa langsung bertransaksi dengan pembeli tanpa adanya biaya lain.  Ini berarti nilai penjualan petani tidak lagi berkurang.  Dengan menggunakan transportasi motor petani juga bisa langsung menjual hasil pertaniannya ke kota.

Hasil pertanian masyarakat Manyampa Yaitu :
No
Jenis Tanaman/Hasil Bumi
Luas Lahan (ha)
Jumlah Prod.
1
Padi
46,08
600 kg/thn/ha
2.
Kacang Tanah
26,00
900 kg/th/ha
3.
Gula Merah

120 bks/bulan
4.
Lainnya (madu)

600/botol/thn

Estimasi : Hasil penjualan kacang tanah : 26 x 900 kg x Rp. 12.000,- = Rp. 280.800.000
Estimasi : Hasil penjualan padi (sawah tadah hujan) : 46,08 x 300 kg x Rp. 6.500,- = Rp. 89.856.000,- per tahun.
Hasil penjualan Gula Merah : 120 bks x Rp. 15.000,- = Rp. 1.800.000,-
Hasil penjualan madu : 600 botol x Rp. 70.000 = Rp. 42.000.000
Total pendapatan : Rp. 414.456.000,- per tahun.
Sementara biaya pembangunan jembatan gantung sebesar Rp. 177.263.300,-
Sehingga disimpulkan bahwa biaya jembatan gantung di lokasi ini termasuk murah.

Dampak Bidang Kesehatan
Para bidan desa atau pihak puskesmas tidak lagi kesulitan ketika ingin berkunjung atau melakukan pelayanan kesehatan ke masyarakat, khususnya Kampung Manyampa.  Pihak puskesmas bahkan sudah menjadwal kunjungan pelayanan kesehatan setiap bulannya.
Pelayanan kesehatan berupa penyuluhan gizi balita, penyakit ISPA, imunisasi dan penyakit umum lainnya.
Bagi masyarakat sendiri dan ibu-ibu, dengan keadaan sekarang jauh lebih menguntungkan karena mereka tidak lagi berjalan kaki ketika ada pemeriksaan ibu hamil dan balita serta pelayanan kesehatan gratis dari puskesmas.  Saat ini untuk jadwal pelayanan kesehatan dan imunisasi Kampung Manyampa di tempatkan di rumah Pak RK Manyampa, Syarifuddin Abbas.
Peningkatan gizi juga sangat dirasakan oleh masyarakat dengan keberadaan jembatan gantung ini.  Komsumsi ikan segar, tempe tidak tiap hari.  Kondisi sekarang para pedagang ikan yang berasal dari Kota Pangkajene sudah mampu menjangkau daerah ini.  Begitu juga akan kebutuhan lainnya, seperti peralatan rumah tangga,   Masyarakat tidak perlu lagi ke kota, para pedagang sudah bisa mengakses lokasi tersebut.

Dampak Bidang Pendidikan
Di kampung Manyampa hanya 1 Sekolah Dasar, dan 1 masjid.  Pelayanan dibidang pendidikan khususnya  ketika musim hujan tiba tidak lagi terkendala dengan musim banjir (air besar disungai).  Dulunya sebelum jembatan dibangun para guru dan murid tidak bisa menyeberang sungai karena arus kuat, atau melewati jembatan bambu yang beresiko tinggi, saat ini masalah itu sudah bisa diatasi.
Jumlah siswa yang dikelola oleh SDN. No.33 Manyampa sebanyak 36 orang (6 kelas).
Entah kebetulan atau tidak, jembatan gantung ini seolah menjadi pioneer atau penggerak akan pembangunan proyek-proyek lainnya yang monumental bagi kampung ini.  Dimulai dengan pembangunan jembatan gantung disusul rabat beton PPIP TA. 2011, pembangunan jembatan beton 20 meter (anggaran APBD TA. 2012),  jaringan listrik, baksos dari TNI (rehab gedung SD No.33 Manyampa) dan PANSIMAS dengan SPAM (Sambungan Pipa Air Minum) Pompanisasi TA. 2014. (FK Tondong Tallasa - Amiruddin Talli)



0 comments:

Post a Comment