Thursday, September 12, 2013

PEKERJAAN JALAN RABAT BERDAYAKAN KELOMPOK SPP

BY PNPM Mandiri Perdesaan - Prov. Sulsel IN No comments

PEKERJAAN JALAN RABAT
BERDAYAKAN KELOMPOK SPP

Kelompok Perempuan yang gigih berpendapat pada
Musyawarah Desa Informasi (MD 3)
Ratna, 37 tahun, anggota Kelompok SPP “Bunga Makar” menggali pasir dan mengayaknya untuk mendapatkan pasir  campuran berkualitas. Material tersebut dikumpulkan di sepanjang lokasi pekerjaan Jalan Rabat yang didanai oleh PNPM-MPd. Ratna dan beberapa orang anggota kelompok SPP lainnya menekuni pekerjaan tersebut. Ratna sendiri mendapatkan jatah  09 meter kubik atau setara dengan 14 HOK x Rp.40.000=Rp.560.000.  Penghasilannya cukup membantu pendapatan suaminya yang bekerja sebagai tukang panjat kelapa untuk menghidupi 3 orang anaknya.

Usulan sarana dan prasarana Jalan Rabat Beton dusun Pulau Bangko-bangkoan, Desa Kanyurang, Kecamatan Liukang Kalmas, Kabupaten Pangkep yang diusulkan kelompok campuran  untuk didanai PNPM Mandiri Perdesaan, terkabul  pada Tahun Anggaran 2013 setelah melalui proses verifikasi dan  MAD Prioritas.  Usulan  masyarakat sepanjang 2.640 meter dan lebar 2,5 meter ini,  RAB-nya sebesar Rp. 329.087.100.

Anggota Kelompok SPP Pengumpul Pasir Campuran
Ide  dari Perempuan
Ide awal pengadaan material pasir di-HOK-kan kepada  perempuan yang terlibat dalam kelompok SPP, adalah  berawal dari Musyawah Desa Informasi (MD 3) atas ditetapkannya usulan saranan prasarana  Jalan Rabat di Dusun Bangko-bangkoan ini. Desa Kanyurang ditetapkan  dalam MAD 3 Pendanaan. Ketika FT dan FK memfasilitasi mekanisme,  prosedur  dan RKTL pengadaan barang dan jasa, peserta musyawarah dari kelompok perempuan menyarankan agar pengadaan material lokal khusus pasir dan kerikil di HOK-kan kepada masyarakat khususnya kaum perempuan, dengan pertimbangan: 1) Didukung oleh potensi sumber daya alam dan sumberdaya manusia; 2) Pekerjaan ini mudah dikerjakan oleh perempuan; 3) Jika melalui supplier, supplier juga akan membeli material dari masyarakat dengan harga murah, lalu menjual kepada PNPM-MPd dengan harga mahal sehingga keuntungannya hanya dinikmati oleh supplier saja dan perputaran nilai ekonominya tidak berdampak langsung terhadap masyarakat.

Laki-laki dan Perempuan Berebut
Ketika menjelang keputusan musyawarah untuk menyerahkan HOK pengumpulan material lokal kepada kelompok perempuan, terjadi perdebatan yang seru, bahwa HOK pengadaan material lokal tidak bisa didominasi oleh kelompok perempuan saja. Laki-laki juga butuh pekerjaan. Akhir musyawarah menyepakati, bahwa : 1) Pengadaan pasir di HOK-kan kepada kelompok perempuan; 2) Pengadaan kerikil di HOK-kan kepada kelompok laki-laki.

Tambahan Modal Usaha
Pekerjaan Jalan Rabat Sudah Mencapai 60%
Pekerjaan Jalan Rabat Beton sepanjang 2.640 x 2,5 meter di dusun  ini membutuhkan material lokal berupa pasir campuran 339  meter kubik. Pengadaan pasir 339 meter kubik x Rp..60.000 atau setara dengan  528 HOK x Rp. 40.000, dikumpulkan oleh 38 orang perempuan yang bergabung dalam 6 kelompok SPP. Sebanyak 38 orang perempuan yang bergabung pada 6 kelompok SPP mengumpulkan 339 meter kubik atau 528 HOK. Kalau dirata-ratakan setiap orang mendapatkan  14 HOK x Rp. 40.000. Maka setiap orang memperoleh pendapatan rata-rata Rp. 555.000. Pelaksanaan kegiatan ini sangat berarti bagi mereka karena menambah modal usaha atau membeli kebutuhan sehari-hari lainnya.

Model pelaksanaan kegiatan seperti ini, benar-benar menerapkan prinsip PNPM-Mandiri Perdesaan, teruatama prinsip kesetaraan dan keadilan gender. Karena perempuan sudah dilibatkan dalam pengambilan keputusan, perencanaan, dan  pelaksanaan kegiatan. (Tim Faskab Pangkep, FK/FT)

PNPM MANDIRI PERDESAAN AMUNISI BAGI PERTUMBUHAN EKONOMI

BY PNPM Mandiri Perdesaan - Prov. Sulsel IN No comments

PNPM MANDIRI PERDESAAN AMUNISI BAGI PERTUMBUHAN EKONOMI


Berbagai program yang beraroma pemberdayaan telah berhasil diluncurkan oleh pemerintah, sudah berlapis teori yang terhimpun dalam ensiklopendi yang  berisi gagasan pemberdayaan, berbagai pendapat  tentang kemiskinan, berbagai hipotesis, kerangka berpikir dan metode yang dihasilkan oleh para pemikir, tahapan-tahapan teoritis kemudian dirilis dalam bentuk wujud praktek pelaksanaan di masyarakat.  Sepertinya tidak ada kata menyerah bagi mereka yang mempunyai kepedulian terhadap nasib berjuta-juta masyarakat miskin yang mendiami perdesaan dan perkotaan dari  masa kemasa turun- temurun, mereka membuat gagasan, ide tentang pemberdayaan.  Ujung-ujung dari semua gagasan itu, yakni keinginan untuk membuat pemikiran dalam  rangka  mengentaskan kemiskinan. Hingga ahirnya  cita-cita luhur itu berhasil melahirkan satu program andalan  yakni PNPM–MPd (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat  Mandiri Perdesaan).

Lahirnya program ini tentu merupakan akumulasi dari berbagai pendekatan dari program sebelumnya yang ada di era orde lama, era orde baru sampai era reformasi. Berkaca pada pengalaman masa lalu tentu saja kita tidak mau terperosok ke dalam lubang  untuk kali berikutnya, bukan membandingkan sebab semua program ada kelebihan dan ada kekurangan, tetapi realitas  berkata bahwa dulu di tahun 1994, ini  pengalaman penulis sewaktu ditugaskan pemerintah mengawal program IDT di Kabupaten Merauke tepatnya di kecamatan Atsy Asmat Propinsi Irian Jaya. Waktu itu, dibentuk kelompok masyarakat (Pokmas) dengan beragam kegiatan berbasis pemberdayaan dalam upaya pengentasan kemiskinan, bergerak dalam bidang usaha palawija, peternakan, seni  tenun, pahat, ukiran, jual beli, pemberian bantuan modal kepada masyarakat siapa saja dari kaum laki-laki dan perempuan. Ini semua harus bergulir jika ada hasilnya, tetapi kenyataan selama 3 tahun  proses pendampingan itu dilakukan dengan serius, ujung-ujungnya susah sekali dana itu bisa digulirkan yang pada ahirnya modal kelompok itu habis.

Pemanfaat SPP sedang membuat Batu Merah
Peluncuran Program ini yang bernama “PNPM MANDIRI PERDESAAN“, ini amunisi  bagi pergerakan ekonomi kerakyatan di pedesaan, kita melihat desain, pendekatan dan tahapan-tahapan yang ada semuanya bernuansa pembelajaran, yang fleksibel tapi ketat dan mengikat pelakunya. Nampak bahwa  pelaku dalam program ini tidak boleh main-main, sebab kalau itu dilakukan maka ia akan merasakan “annengreng batangkale" (gemetar seluruh badan)“ akan keram dan lemas menggigil badannya, ini terjadi Karena yang menjadi hakim bagi pelakunya seluruh masyarakat, diprogram ini ada sanksi Hukum, ada sanksi program, ada sanksi sosial. Kalau sanksi semacam ini yang dijalankan di lokasi program, kemudian orang masih mau melakukan penyimpangan di luar koridor program, saya berani mengatakan  orang seperti ini sudah melenceng dari fitrah kejadiannya sebagai seorang  yang mempunyai keyakinan. 

Berbagai keberhasilan telah dicapai  terutama dalam pelaksannan  fisik pembangunan sarana dan prasarana umum, seperti pembangunan jembatan, jalan desa, posyandu, gedung Paud,  irigasi, drainase, sumur bor, dll. Kemudian sisi lain pencapaian keberhasilan pada pemberian bantuan modal terhadap kaum perempuan (SPP), dilihat bahwa program ini mempunyai  dua  peran yang vital dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat miskin dan sekaligus menyumbang kepada perkembangan  sektor keuangan skala rumah tangga di desa, yakni perlunya prioritas pemberian kredit  kepada masyarakat miskin terutama kaum perempuan, yang susah memperoleh kredit dari  perbankan, dan perlunya kemadirian dan pengembangan sarana keuangan yang mampu memberikan  kredit terhadap masyarakat miskin dari kalangan perempuan, dalam rangka mengurangi pengangguran dan kemiskinan. 

Peran vital dari program ini sudah dirasakan oleh masyarakat yang tersebar pada 10 desa di Kecamatan Pajukukang Kab. Bantaeng dengan jumlah kelompok  sebanyak 70 dengan total pemanfaat 930 ibu-ibu yang masuk kategori rumah tangga miskin (RTM). Diantara 930 populasi pemanfaat yang sudah menikmati bantuan modal dalam tahapan regular dan tahapan perguliran. Yang dijadikan sampel  oleh penulis  untuk menjawab hipotesis bahwa ”PNPM Mandiri Perdesaan adalah amunisi baru bagi pertumbuhan ekonomi kerakyatan di pedesaan” adalah  kelompok SPP  yang ada di desa Papanloe Kecamatan Pajukukang Kab. Bantaeng. 

Melihat langsung keadaan kaum perempuan, diketahui bahwa kenyataannya dalam kehidupan sehari-hari justru perempuan yang  akrab dan merasakan denyut nadinya perjalanan  kemiskinan dalam rumah tangganya, kenyataan terjawab karena perempuan yang mengatur ekonomi rumah tangganya, mereka yang mengetahui berapa penghasilan suaminya, mereka yang memeras otak mengatur  kebutuhan dapur, kebutuhan sekolah anaknya, kebutuhan sosial dan masih banyak lagi kebutuhan tak terduga yang membebani kehidupan rumah tangganya, mungkin bagi seorang perempuan akan  berpikir berapa kali kalau mau mengeluarkan uang untuk  kepentingan dirinya seorang, apalagi kalau sesuatu itu hanya akan masuk dalam kerongkongannya sendiri alias  jajan sendiri, rasa-rasanya sulit dilakukan bagi seorang perempuan yang penghasilan suaminya pas-pasan, ini pertanda bahwa perempuan itu serba perhitungan dalam keuangan, pada kebanyakan perempuan di desa, dia lebih sensitive dibanding dengan laki-laki jika berurusan dengan utang. Bandingkan dengan seorang bapak yang merokok sendiri, jajan sendiri. Itu juga yang mungkin merupakan sisi lain nilai lebihnya kenapa program ini hanya memberikan bantuan kepada khusus perempuan.

Diantara ibu-ibu RTM yang dijadikan sebagai sampel, adalah seluruh kelompok SPP yang ada desa Papanloe yang diambil secara acak dengan bidang usaha sebagai pembuat batu merah,  sebelum bergabung di kelompok mereka adalah  para perempuan tanpa penghasilan  yang hanya mengandalkan  penghasilan suami, mereka bersama anak-anak hanya tinggal makan dari penghasilan suami yang tidak mencukupi, sampel penelitian  berjumlah 30 orang.  Dari hasil wawancara yang diperoleh  terhadap ibu-ibu, diperoleh  informasi yang beragam, yang kesimpulannya secara keseluruhan mengatakan bahwa selama bergabung menjadi pemimpin dikelompok SPP ada perubahan signifikan yang dirasakan dalam  peningkatan ekonomi rumah tangga mereka.

“Saya awalnya itu  tidak mempunyai modal lalu  bergabung membentuk kelompok  lalu meminjam dana di kelompok SPP sebanyak Rp. 5.000.000,- dana tersebut dijadikan modal  untuk  bergerak pada usaha batu merah. Dengan modal awal itu kemudian mulai  menggarap usaha batu merah, setiap pembakaran batu merah sebanyak 60.000 biji, kemudian perbiji dijual seharga Rp. 300,-“ harganya menjadi Rp. 18.000.000,- dan rutin  mereka melakukan  pembuatan batu dan membakarnya  4 kali dalam setahun. Sehingga keuntungannya, bisa menyekolahkan anaknya, beli emas, beli sawah,  membeli lokasi untuk  pembuatan  bata merah, mendaftar ONH dan membeli sapi untuk diternakkan,” ceritanya.

Batu Merah Yang Siap Dipasarkan
Melihat hasil wawancara  pemampaat SPP tersebut di atas, ditarik kesimpulan bahwa  ternyata keberadaan kelompok SPP di desa Papanloe memang sangat mendukung dalam  rangka peningkatan ekonomi masyarakat di perdesaan, keberhasilan pemampaat SPP ini didukung oleh keseriusan mereka mengelola  dana untuk peningkatan ekonomi keluarganya yang walaupun sebenarnya untuk dana regular dan dana  perguliran yang sudah dikucur.kan ada kecenderungan setiap bulan selalu menunggak, tetapi yang menjadi fokus penelitian ini adalah dalam rangka melihat sisi keberhasilan SPP dalam membantu permodalan terhadap kaum perempuan yang memang serius mengelola modal  yang diberikan kepadanya.

Selain wawancara yang digunakan penulis dalam rangka memperoleh informasi untuk menguatkan data dalam rangka menjawab hipotesis, maka  dicari data dari responden dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk questioner, dengan  memberikan alternatip jawaban yang dapat disingkronisasikan dengan pengalaman  keseharian ketika menjadikan dana itu sebagai sarana dalam rangka mengurai simpul-simpul kemiskinan yang selama ini dirasakan. 

Tak satupun responden yang memberikan jawaban negative tentang program. Melihat jawaban responden tersebut di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan dana SPP sebagai modal  untuk peningkatan ekonomi dan kesejahteraan mereka. Bahkan  diantara  mereka  pada berlomba memberikan informasi, kesan dan pengalaman mereka selama bergabung di kelompok SPP, sampai penulis kewalahan untuk menarik keterangan dari mereka, ini  pertanda bahwa betapa banyaknya pengalaman lapangan yang hendak disampaikan dalam  kaitannya  dengan apa-apa yang dia  sudah rasakan dan dapatkan. Bahkan ada ibu-ibu yang mengatakan,  bahwa modal  awal yang diambil sampai masuk pada perguliran  yang ke empat kalinya, luar biasa peningkatan ekonomi yang  kami rasakan, awal bergabung  dana itu dijadikan sebagai modal menjual bakulan di pasar, karena dasarnya memang bahwa modal ini dikelola dengan baik, setiap  hari pasar menjual, dan keuntungan diselipkan untuk pembayaran ansuran  bulan berjalan selebihnya dibelanja untuk keperluan dapur, keperluan lainnya, dan satu  yang  paling membantu dalam posisi pembelanjaan sehari-hari, ialah bahwa dengan mendapatkan dana dari kelompok SPP belanja  untuk konsumsi kebutuhan dapur, kebutuhan lainnya dapat  teratasi, sementara kami kaum perempuan di desa justru belanja sehari-hari itu yang  paling banyak menyedot biaya.

Dan yang paling mengembirakan bagi kami  karena hasil  ladang, peternakan, sawah tidak perlu lagi dijual untuk biaya hidup sehari-hari, tapi justru bisa menjadi pendapatan yang bisa ditabung, bisa beli sapi atau kambing yang dikembang biakkan, demikian pengalaman menjadikan SPP sebagai modal.

Melihat pernyataan  pemampaat  tersebut di atas dapat disikapai bahwa sebenarnya bantuan modal itu tergantung kepada individu yang mengelola dana tersebut, semakin hati-hati dan bersemangat, beritikad baik dalam menggunakan dana ini, hasilnya pasti  semakin fositif. Ahirnya seluruh masyarakat yang menjadi responden  puas dengan rona wajah yang menyiratkan kebahagiaan angan melayang ke angkasa masa depan yang cerah, terjawab sudah hipotesis bahwa PNPM  Mpd merupakan amunisi baru bagi pertumbuhan ekonomi kerakyatan di perdesaan, Pnpm ku kedatanganmu laksana air Aqua  yang menyejukkan dahaga  Manggakua. (FK/FT Pajukukang/IEC)



Tambatan Perahu Meningkatkan Perekonomian Masyarakat Desa

BY PNPM Mandiri Perdesaan - Prov. Sulsel IN No comments

TAMBATAN PERAHU MENINGATKAN PEREKONOMIAN
 MASYARAKAT DESA



Setelah menanti selama kurang lebih dua tahun akhirnaya Kamis,  28 April 2011 merupakan hari yang sangat menggembirakan bagi masyarakat Desa Watu Kecamatan Cenrana Kabupaten Bone, dimana saat itu disepakati dan ditetapkan usulan masyarakat Desa Watu berupa prasarana Tambatan Perahu terdanai untuk tahun anggaran 2011 melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan dengan anggaran sebesar Rp. 143.560.000,- (seratus empatpuluh tiga juta lima ratus enampuluh ribu rupiah) berupa tambatan tepian konstruksi kayu sepanjang 25 meter dengan lebar 4 meter beserta bangunan pelengkap berupa akses jalan rabat sepanjang 67 meter.

Pembangunan Tambatan Perahu dipimpin
Kepala Desa & Ketua TPK
Kegembiraan masyarakat Desa Watu, mendorong mereka untuk sesegera mungkin ingin memulai pekerjaan pembangunan tambatan perahu yang sudah lama meraka nantikan. Namun mekanisme dan ketentuan PNPM Mandiri Perdesaan yang masih memerlukan beberapa tahapan termasuk pelelangan dan penguatan kepada pelaku PNPM Mandiri Perdesaan Desa Watu, mengharuskan meeka harus bersabar untuk beberapa saat.

Dari aspek geografis,  Desa Watu memiliki luas wilayah kurang lebih 4 km² memang sangat startegis di wilayah Kecamatan Cenrana karena berada tepat pada akses jalan poros utama Cenrana, dimana 80% masyarakat Kecamatan Cenrana akan melalui jalan tersebut dan melintas di wilayah Desa Watu ketika menuju ke Ibukota Kabupaten Bone yaitu Kota Watampone. Dengan Jumlah Penduduk kurang lebih 1.700 jiwa terbagi dalam 482 KK  dengan mata mencaharian utama adalah bertani dan berdagang  yang merupakan salah satu potensi yang dimiliki Desa Watu. Adanya pasar Inpres di desa tersebut menjadi alasan utama ditempatkannya lokasi usulan Tambatan Perahu  karena berdekatan dengan lokasi pasar Desa Watu.

Selasa 4 Oktober 2011 hari dimana dimualinya pekerjaan kegiatan pembangunan tambatan perahu tersebut yang dilakukan dengan metode trial.  Partisipasi dan kerja sama masyarakat sekitar lokasi kegiatan dan Tim Pelekasan Kegiatan (TPK) Desa Watu yang sangat antusias pada hari pertama dimulainya pekerjaan, membuat masyarakat semakin optimis dan bersemangat untuk menyukseskan kegiatan tersebut. Dalam proses perjalanan diusulkannya kegiatan pembangunan Tambatan Perahu tersebut, sangatlah wajar jika ada beberapa orang diantara masyarakat Desa Watu yang pesimis akan pembangunan kegatan tersebut, hal itu boleh jadi dikarenakan cara pandang dan pemahaman mereka terhadap manfaat Tambatan Perahu tersebut berbeda dengan mayoritas masyarakat lainnya. Namun dukungan dan partisipasi masyarakat yang begitu besar beserta pemerintah desa, membuat rintangan-rintangan kecil tersebut dapat teratasi.  Kenyataan empiris membuktikan bahwa hampir semua kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan pada awalnya menghadapi rintangan dan tantangan, bahkan tidak sedikit mengalami penolakan baik dari pihak-pihak tertentu yang dilatar belakangi oleh ketidak pahaman mereka terhadap PNPM Mandiri Perdesaan, mulai dari prinsip, tujuan, mekanisme dan kebijakan lainnya. Namun dibalik rintangan-rintangan tersebut, sebuah pembelajaran yang sangat berharga terkadang diperoleh oleh masyarakat desa yang menjadikan mereka lebih mengetahui dan memahami bagamamana PNPM Mandiri itu dijalankan. Yang sering terjadi pula adalah  pihak yang sebelumya pesimis dan bahkan menolak usulan yang dibutuhkan oleh masyarakat desa dengan berbagai alasan, malah menjadi orang pertama yang menrima dan berterima kasih karena PNPM Mandiri Perdesaan telah merealisasikan apa yang dibutuhkan di desa mereka. Terkadang pula mereka itu yang tampil paling depan untuk menyatakan kesediaan dalam pengelolaan dan pemeliharaan kegiatan yang telah di bangun di desa mereka.

Tambatan Perahu berfungsi Dermaga
Melihat kenyataan yang ada di Desa Watu dalam proses pelaksanaan kegiatan pembangunan Tambatan Perahu,  ada juga beberapa orang diantara masyarakat yang pesimis dan tidak yakin akan pemanfaatan Tambatan Perahu tersebut dapat maksimal dan optimal.  Namun masyarakat Desa Watu dan TPK bersama pemerintah Desa Watu dapat membuktikan jika mereka mampu mengerjakan kegiatan tersebut sesuai tahapan dan aturan, yang pada akhirnya dilaksanakanlah Musyawarah Desa Serah Terima (MDST) pekerjaan kegiatan pembangunan Tambatan Perahu pada Sabtu 18 Pebruari 2012 bertempat di atas bangunan tambatan perahu tersebut. Tidak hanya pembuktian kesuksesan pelaksanaan pekerjaan Tambatan Perahu tersebut oleh masyarakat Desa Watu, bahkan sisa hasil lelang material dari kegiatan tersebut mereka gunakan untuk penambahan volume pekerjaan yang tujuannya untuk peningkatan kualitas bangunan Tambatan perahu itu dengan membuat atap seng gelombang yang menutupi seluruh bangunan Tamabatan Perahu. Tamabahan bangunaan yang lainnya dilakukan juga oleh masyarakat adalah rabat beton halaman belakang lokasi yang langsung berhubungan dengan bangunan Tambatan Perahu, sehingga menjadikan lingkungan sekitar bangunan Tambatan Perahu lebih tertata dan bersih.

Sumber pendanaan dari penambahan bangunan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Watu berasal dari sisa hasil lelang dan ditambah dengan swadaya masyarakat. Salah satu fenomena yang memang sering terjadi pada kegiatana PNPM Mandiri Perdesaan adalah adanya swadaya masyarakat pada saat pekerjaan sudah berjalan atau spontanitas masyarakat untuk berswadaya di tengah perjalanan kegiatan.  Bentuk swadaya yang demikian tidak teridentifikasi dan tidak terdata pada saat perencanaan kegiatan. Swadaya masyarakat tersebut untuk kegiatan Tambatan Perahu jika di uangkan sebesar kurang lebih Rp 25.000.000,- yang direalisasikan dalam bentuk barang berupa kayu, seng gelombang, semen, pasir, kerikil, bahkan besi beton karena masyarakat menambahkan pondasi cakar ayam di beberapa titik.

Tambatan Perahu berfungsi Dermaga
Swadaya tersebut bagi masyarakat Desa Watu mempunyai arti penting, bukan hanya sekedar bentuk partisipasi mereka, namun juga bentuk kesyukuran dan terima kasih mereka terhadap diwujudkannya usulan yang sangat diharapkan oleh masyarakat Desa Watu pada khususnya dan masyarakat Kecamatan Cenrana pada umumnya. Keberadaan Tamabatan Perahu yang berintegrasi langsung dengan Pasar Desa Watu, dipastikan akan memberi dampak yang  besar terhadap perkembangan ekonomi masyarakat Desa Watu. Hal tersebut juga didukung oleh aktifnya Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) yang sampai Maret 2013 ini ada 5 kelompok yang aktif dengan jumlah dana perguliran sebesar Rp. 231.150.000  dan selama lima tahun ini dana SPP yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Watu totalnya sebesar Rp. 1.148.500.000,-. Tingkat penegmbalian kelompok SPP dari Desa Watu selama ini baik dan lancar serta tepat sasaran merupakan bukti bahwa roda perekonomian di Desa tersebut berjalan baik dan berkembang. Meskipun pernah terjadi keterlambatan pembayaran oleh beberapa Kelompok SPP, namun status paling buruk hanya tunggakan berjalan dengan kolektibilitas dua (keterlambatan 2 bulan).

Perkembangan ekonomi tersebut tentunya diharapkan berdampak langsung terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat, terlebih dengan adanya tambatan perahu yang kini manfaatnya sangat besar, sehingga sejalan dengan tujuan PNPM Mandiri Perdesaan itu sendiri. Tambatan Perahu yang pada mulanya diperuntukkan bagi penunjang akses transportasi sungai, utamanya para pedangang yang datang dari luar Desa Watu untuk berjualan di Pasar Desa Watu, termasuk para nelayan yang akan menjual hasil tangakapa ikan mereka, kini lebih berkembang dengan masuknya kapal-kapal pedagang dan nelayan yang memiliki kapasitas di atas 10 ton untuk melakukan bongkar muat barang di Tamabatan Perahu tersebut. Berkembangnya fungsi Tambatan Perahu tersebut, meberi nilai tambah tersendiri bagi masyarakat Desa Watu. Sehingga masyarakat dan pemanfaat langsung lebih minilai Tambatan Perahu tersebut sebagai Dermaga yang tentunya harapan mereka fasilitas tersebut dikelola dengan baiak dan dikembangkan oleh masyarakat bersama Pemerintah Desa Watu.

Dukungan dan kepedulian Pemerinh Desa Watu tidak diragukan lagi oleh masyarakat. Terbukti telah dirumuskannya Peraturan Desa (Perdes) yang akan mengatur pengelolaan, pengembangan dan pemeliharaan Tamabatan Perahu atau Dermaga tersebut, meskipun sampai saat ini rumusan Perdes tersebut masih dalah tahap proses.

Dengan adanya pembangunan yang dilakukan oleh PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Watu, terutama dibangunnya Tambatan Perahu mereka yang kini dapat dikatakan berfungsi sebagai Dermaga, membuat masyarakat Desa Watu sangat berharap agar PNPM Mandiri Perdesaan tetap eksis di Kecamatan Cenana pada tahun-tahun selanjutnya. Karena bagi mereka dalam aspek pembangunan dan pengembangan ekonomi masyarakat desa, yang dapat menjawabnya hanya PNPM Mandiri Perdesaan. (FK/FT Cenrana/IEC Sulsel).

Jalan Baruku

BY PNPM Mandiri Perdesaan - Prov. Sulsel IN No comments

JALAN  BARUKU
( Desa borongloe-desa papanloe-desa baruga)

Tiga desa yang letaknya paling ujung timur di Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng merupakan desa yang kategori tua dan mempunyai sejarah penting untuk Kabupaten Bantaeng. Desa Borongloe yang artinya hutan, desa Papanloe artinya tempat mengolah hasil hutan berupa kayu menjadi papan, desa Baruga yang artinya tempat peristirahatan/rumah  yang terbuat dari papan.


Desa Borongloe yang mempunyai jumlah penduduk 3.274 jiwa dengan luas wilayah 8.40 Km2 terletak di wilayah pesisir pantai. Dari jumlah penduduk yang ada di Desa Borongloe, sejumlah 429 KK memiliki pekerjaan pokok sebagai petani, 162 KK bekerja sebagai petani rumput laut, 125 KK bekerja sebagai buruh pencetak batu merah, 38 KK pedagang, 32 KK sebagai tukang batu/kayu, 22 KK tukang becak selebihnya adalah nelayan, PNS dan peternak. Sedangkan Desa Papanloe yang mempunyai jumlah penduduk 2.709 jiwa dengan luas wilayah 7.80 Km, dimana 154 KK berada di kategori Sangat Miskin, 377 KK kategori Miskin, 169 KK kategori sedang dan 36 KK di kategori kaya.

Lain lagi Desa Baruga yang mempunyai jumlah penduduk 4.687 jiwa dengan luas wilayah 6.60 Km2, dimana sebagian besar penduduk ber mata pencaharian sebagai Buruh cetak batu merah, buruh tani, buruh ternak dan tukang becak.

Ketiga desa dengan jumlah total penduduk 10.670 jiwa ini sangat menjunjung tinggi adat istiadat yang berlaku dari nenek moyang dulu, kebersamaan hidup berdampingan gotong royong dan nilai budaya lainnya. Apalagi dari sebagian besar masyarakat dari tiga desa tersebut tergolong dalam kategori miskin maka pembangunan desa dikonsentrasikan pada jalan yang menghubungkan antara tiga desa tersebut.

Hal ini sangat dirasakan oleh masyarakat tiga desa tersebut, dimana sebelumnya harus menempuh  jarak yang jauh apabila menuju ke desa satu. Dengan adanya jalan dan jembatan ini jarak ke desa satu akan lebih dekat dan memudahkan masyarakat dalam mobilisasi.


Menurut Bapak Syarifuddin, S.Sos (Kepala Desa Papanloe), jalan ini sebenarnya sudah ada sejak jaman Belanda dulu, namun karena tidak terpelihara dan tidak adanya biaya akhirnya jalan tertutup oleh rumput-rumput dan sebagian dijadikan kebun oleh warga. Untuk membuka kembali akses jalan yang tertutup menjadi jalan penghubung antar desa sudah menjadi renungan masyarakat tiga desa tersebut, dan syukur PNPM-Integrasi SPP-SPPN mampu menggerakkan kami semua memberi semangat untuk berupaya merealisasikan jalan dan jembatan kembali.

Dari usulan tingkat desa memang menjadi usulan prioritas sampai ke tingkat Kabupaten. Berkat kesungguhan dari Bapak Ahmad,SE (Camat Pa’jukukang), Bapak Syarifuddin, S.Sos (Kepala Desa Papanloe) dan enam delegasi kecamatan Pa’jukukang di MAK Prioritas Usulan T.A. 2012 maka ususlan ini mendapatkan rankaing II Bidang Antar Desa (PNPM-Integrasi) dari  7 Kecamatan di Kabupaten Bantaeng.


Akhirnya kami bersama TPK dan Kader teknik mulai mengukur , mendesign dan menghitung RAB untuk pembuatan jalan yang sudah dirintis dari jaman Belanda tersebut. Setelah diukur dan didesign secara perhitungan tidak cukup dengan anggaran 500 juta untuk menyelesaikan jalan yang panjangnya 2.165 M + 2 Jembatan (Bentangan 6 M) + 2 Duiker + 2 Gorong-gorong dengan konstruksi Perkerasan Sirtu lebar 3 M + Drainase sisi kiri dan kanan. Kami bersama TPK, Kader Teknik berupaya bagaimana usaha ini bisa terlaksana dan kami koordinasi dengan tiga Kepala Desa dan syukur Kepala Desa memberikan dukungan sepenuhnya dengan hasil musyawarah desa bahwa draianase di kerjakan dengan swadaya masyarakat, sehingga pekerjaan jalan tersebut dapat terealisasi dengan dana PNPM-Integrasi (P3DM) sebesar Rp. 495.086.500,-

Masyarakat dan TPK serta pelaku PNPM di tingkat desa merasa senang harapannya terealisasi, hal ini disampaikan oleh Kepala Desa dan TPK, yang kami upayakan selama ini sehingga sampai berjalan pekerjaan jalan ini selesai dengan panjang 2.165 M. Masyarakat bisa menikmati kembali  jalan yang dulu, kita semua merasa bersyukur mudah-mudahan bisa digunakan selamanya serta memudahkan transportasi masyarakat.

Bisa kita ambil hikmah jika persoalan kita dukung bersama dan kepedulian bersama terasa ringan masyarakat merasa mampu memecahkan persoalan, membangun manjadi kelompok peduli maupun pemerintah akhirnya terwujud. Dengan didasari kesadaran bahwa persoalan merupakan tanggung jawab bersama, maka selayaknya semua pihak secara sinergi bahu membahu untuk mengatasinya, baik masyarakat, pemerintah maupun kelompok peduli sebagaimana tujuan  PNPM-MPd. (FK/FT Pa’jukukang/IEC Sulsel)

Thursday, September 5, 2013

Lomba Citi Microentrepreneurship Award (CMA) 2013

BY PNPM Mandiri Perdesaan - Prov. Sulsel IN No comments

Lomba Citi Microentrepreneurship Award (CMA) 2013




Citi Microntrepreneurship Award atau CMA merupakan program pemberian penghargaan yang diberikan kepada para pelaku unit usaha mikro yang berprestasi. CMA merupakan program tahunan yang dilaksanakan Citi Foundation melalui Citi Peka dengan bekerjasama dengan UKM Center FEUI.

Tujuan program ini adalah untuk memberikan penghargaan bagi pengusaha mikro yang telah berhasil mengangkat dirinya dari kemiskinan, tetapi juga memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan jejaring dengan Lembaga Keuangan Mikro atau program pemberian dana bergulir di seluruh Indonesia serta dapat membuka lapangan pekerjaan dan mengurangi tingkat kemiskinan.

Kategori Penghargaan:
1.     Wirausaha Mikro Perempuan
2.     Wirausaha Mikro Sosial
3.     Wirausaha Mikro Berwawasan Lingkungan
4.     Wirausaha Mikro Pelestarian Budaya

Dan Penghargaan Khusus:
1.     Wirausaha Mikro Terbaik

2.     Lembaga Keuangan Terbaik

Mengingat pendaftaran Lomba Citi Microentrepreneurship Award (CMA) 2013 akan berakhir di 30 September 2013, maka kami panitia Lomba CMA bermaksud kembali menginfokan dan mengundang Bapak/Ibu/Saudara untuk mendaftarkan binaannya agar ikut serta dalam lomba CMA.

Untuk keterangan lebih lengkapnya dapat dilihat pada brosur yang terlampir dan form pendaftaran juga terlampir. Bapak/Ibu/Saudara dapat merekomendasikan binaannya lebih dari 1. Pendaftaran ditutup pada tanggal 30 September 2013. Form pendaftaran yang telah diisi dapat dikirim via email lomba-cma@ukm-center.org atau kirim via pos ke Panitia Lomba CMA, Gedung Perpustakaan FEUI Lt. Dasar Kampus UI Depok 16424.

Panitia Lomba CMA
T. 021 7272425  ext 124
F. 021 78884487
Ayu Gunantari 0817 0822 121 / 0856 88 111 77
Arini Agustina 0857 8184 6996