PNPM MANDIRI
PERDESAAN AMUNISI BAGI PERTUMBUHAN EKONOMI
Berbagai
program yang beraroma pemberdayaan telah berhasil diluncurkan oleh pemerintah,
sudah berlapis teori yang terhimpun dalam ensiklopendi yang berisi gagasan pemberdayaan, berbagai
pendapat tentang kemiskinan, berbagai
hipotesis, kerangka berpikir dan metode yang dihasilkan oleh para pemikir,
tahapan-tahapan teoritis kemudian dirilis dalam bentuk wujud praktek
pelaksanaan di masyarakat. Sepertinya
tidak ada kata menyerah bagi mereka yang mempunyai kepedulian terhadap nasib
berjuta-juta masyarakat miskin yang mendiami perdesaan dan perkotaan dari masa kemasa turun- temurun, mereka membuat gagasan,
ide tentang pemberdayaan. Ujung-ujung
dari semua gagasan itu, yakni keinginan untuk membuat pemikiran dalam rangka
mengentaskan kemiskinan. Hingga ahirnya
cita-cita luhur itu berhasil melahirkan satu program andalan yakni PNPM–MPd (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan).
Lahirnya
program ini tentu merupakan akumulasi dari berbagai pendekatan dari program
sebelumnya yang ada di era orde lama, era orde baru sampai era reformasi.
Berkaca pada pengalaman masa lalu tentu saja kita tidak mau terperosok ke dalam
lubang untuk kali berikutnya, bukan
membandingkan sebab semua program ada kelebihan dan ada kekurangan, tetapi
realitas berkata bahwa dulu di tahun
1994, ini pengalaman penulis sewaktu
ditugaskan pemerintah mengawal program IDT di Kabupaten Merauke tepatnya di
kecamatan Atsy Asmat Propinsi Irian Jaya. Waktu itu, dibentuk kelompok
masyarakat (Pokmas) dengan beragam kegiatan berbasis pemberdayaan dalam upaya
pengentasan kemiskinan, bergerak dalam bidang usaha palawija, peternakan, seni tenun, pahat, ukiran, jual beli, pemberian
bantuan modal kepada masyarakat siapa saja dari kaum laki-laki dan perempuan.
Ini semua harus bergulir jika ada hasilnya, tetapi kenyataan selama 3
tahun proses pendampingan itu dilakukan
dengan serius, ujung-ujungnya susah sekali dana itu bisa digulirkan yang pada
ahirnya modal kelompok itu habis.
|
Pemanfaat SPP sedang membuat Batu Merah |
Peluncuran
Program ini yang bernama “PNPM MANDIRI PERDESAAN“, ini
amunisi bagi pergerakan ekonomi
kerakyatan di pedesaan, kita melihat desain, pendekatan dan tahapan-tahapan
yang ada semuanya
bernuansa pembelajaran, yang fleksibel tapi ketat dan mengikat pelakunya.
Nampak bahwa pelaku dalam program ini
tidak boleh main-main, sebab kalau itu dilakukan maka ia akan merasakan “annengreng batangkale" (gemetar seluruh badan)“ akan keram dan lemas
menggigil badannya, ini terjadi Karena yang menjadi hakim bagi pelakunya seluruh masyarakat, diprogram ini ada
sanksi Hukum, ada sanksi program, ada sanksi sosial. Kalau
sanksi semacam ini yang dijalankan di lokasi program, kemudian orang masih mau
melakukan penyimpangan di luar koridor program, saya berani mengatakan
orang seperti ini sudah melenceng dari fitrah kejadiannya sebagai seorang yang mempunyai keyakinan.
Berbagai
keberhasilan telah dicapai terutama
dalam pelaksannan fisik pembangunan
sarana dan prasarana umum, seperti pembangunan jembatan, jalan desa, posyandu,
gedung Paud, irigasi, drainase, sumur
bor, dll. Kemudian sisi lain pencapaian keberhasilan pada pemberian bantuan
modal terhadap kaum perempuan (SPP), dilihat bahwa program ini mempunyai dua
peran yang vital dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat miskin dan sekaligus
menyumbang kepada perkembangan sektor
keuangan skala rumah tangga di desa, yakni perlunya prioritas pemberian
kredit kepada masyarakat miskin terutama
kaum perempuan, yang susah memperoleh kredit dari perbankan, dan perlunya kemadirian dan pengembangan
sarana keuangan yang mampu memberikan
kredit terhadap masyarakat miskin dari kalangan perempuan, dalam rangka
mengurangi pengangguran dan kemiskinan.
Peran
vital dari program ini sudah dirasakan oleh masyarakat yang tersebar pada 10
desa di Kecamatan Pajukukang Kab. Bantaeng dengan jumlah kelompok sebanyak 70 dengan total pemanfaat 930
ibu-ibu yang masuk kategori rumah tangga miskin (RTM). Diantara 930 populasi
pemanfaat yang sudah menikmati bantuan modal dalam tahapan regular dan tahapan
perguliran. Yang dijadikan sampel oleh
penulis untuk menjawab hipotesis bahwa ”PNPM
Mandiri Perdesaan adalah amunisi baru bagi pertumbuhan ekonomi kerakyatan di
pedesaan” adalah kelompok
SPP yang ada di desa Papanloe Kecamatan
Pajukukang Kab. Bantaeng.
Melihat
langsung keadaan kaum perempuan, diketahui bahwa kenyataannya dalam kehidupan
sehari-hari justru perempuan yang akrab
dan merasakan denyut nadinya perjalanan kemiskinan dalam rumah tangganya, kenyataan
terjawab karena perempuan yang mengatur ekonomi rumah tangganya, mereka yang
mengetahui berapa penghasilan suaminya, mereka yang memeras otak mengatur kebutuhan dapur, kebutuhan sekolah anaknya,
kebutuhan sosial dan masih banyak lagi kebutuhan tak terduga yang membebani
kehidupan rumah tangganya, mungkin bagi seorang perempuan akan berpikir berapa kali kalau mau mengeluarkan
uang untuk kepentingan dirinya seorang,
apalagi kalau sesuatu itu hanya akan masuk dalam kerongkongannya sendiri alias jajan sendiri, rasa-rasanya sulit dilakukan
bagi seorang perempuan yang penghasilan suaminya pas-pasan, ini pertanda bahwa
perempuan itu serba perhitungan dalam keuangan, pada kebanyakan perempuan di
desa, dia lebih sensitive dibanding dengan laki-laki jika berurusan dengan utang.
Bandingkan dengan seorang bapak yang
merokok sendiri, jajan sendiri. Itu juga yang mungkin merupakan sisi lain nilai
lebihnya kenapa program ini hanya memberikan bantuan kepada khusus perempuan.
Diantara
ibu-ibu RTM yang dijadikan sebagai sampel, adalah seluruh kelompok SPP yang ada
desa Papanloe yang diambil secara acak dengan bidang usaha sebagai pembuat batu
merah, sebelum bergabung di kelompok mereka
adalah para perempuan tanpa
penghasilan yang hanya mengandalkan penghasilan suami, mereka bersama anak-anak hanya
tinggal makan dari penghasilan suami yang tidak mencukupi, sampel
penelitian berjumlah 30 orang. Dari hasil wawancara yang diperoleh terhadap ibu-ibu, diperoleh informasi yang beragam, yang kesimpulannya
secara keseluruhan mengatakan bahwa
selama bergabung menjadi pemimpin dikelompok
SPP ada perubahan signifikan yang dirasakan dalam peningkatan ekonomi rumah tangga mereka.
“Saya
awalnya itu tidak mempunyai modal
lalu bergabung membentuk kelompok lalu meminjam dana di kelompok SPP sebanyak Rp. 5.000.000,- dana tersebut dijadikan modal
untuk bergerak pada usaha batu
merah. Dengan modal awal itu kemudian
mulai menggarap usaha batu merah, setiap
pembakaran batu merah sebanyak 60.000 biji, kemudian perbiji dijual seharga Rp.
300,-“ harganya menjadi Rp. 18.000.000,- dan rutin
mereka melakukan pembuatan batu
dan membakarnya 4 kali dalam setahun. Sehingga keuntungannya, bisa menyekolahkan anaknya, beli
emas, beli sawah, membeli lokasi
untuk pembuatan bata merah, mendaftar ONH dan membeli sapi
untuk diternakkan,” ceritanya.
|
Batu Merah Yang Siap Dipasarkan |
Melihat
hasil wawancara pemampaat SPP tersebut
di atas, ditarik kesimpulan bahwa
ternyata keberadaan kelompok SPP di desa Papanloe memang sangat
mendukung dalam rangka peningkatan ekonomi
masyarakat di perdesaan, keberhasilan pemampaat SPP ini didukung oleh
keseriusan mereka mengelola dana untuk
peningkatan ekonomi keluarganya yang walaupun sebenarnya untuk dana regular dan
dana perguliran yang sudah dikucur.kan
ada kecenderungan setiap bulan selalu menunggak, tetapi yang menjadi fokus
penelitian ini adalah dalam rangka melihat sisi keberhasilan SPP dalam membantu
permodalan terhadap kaum perempuan yang memang serius mengelola modal yang diberikan kepadanya.
Selain
wawancara yang digunakan penulis dalam rangka memperoleh informasi untuk
menguatkan data dalam rangka menjawab hipotesis, maka dicari data dari responden dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk questioner, dengan memberikan alternatip jawaban yang dapat
disingkronisasikan dengan pengalaman
keseharian ketika menjadikan dana itu sebagai sarana dalam rangka
mengurai simpul-simpul kemiskinan yang selama ini dirasakan.
Tak
satupun responden yang memberikan jawaban negative tentang program. Melihat
jawaban responden tersebut di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan
dana SPP sebagai modal untuk peningkatan
ekonomi dan kesejahteraan mereka. Bahkan diantara
mereka pada berlomba memberikan
informasi, kesan dan pengalaman mereka selama bergabung di kelompok SPP, sampai
penulis kewalahan untuk menarik keterangan dari mereka, ini pertanda bahwa betapa banyaknya pengalaman
lapangan yang hendak disampaikan dalam
kaitannya dengan apa-apa yang dia sudah rasakan dan dapatkan. Bahkan
ada ibu-ibu yang mengatakan, bahwa
modal awal yang diambil sampai masuk
pada perguliran yang ke empat kalinya,
luar biasa peningkatan ekonomi yang kami
rasakan, awal bergabung dana itu
dijadikan sebagai modal menjual bakulan di pasar, karena dasarnya memang bahwa
modal ini dikelola dengan baik, setiap
hari pasar menjual, dan keuntungan diselipkan untuk pembayaran
ansuran bulan berjalan selebihnya
dibelanja untuk keperluan dapur, keperluan lainnya, dan satu yang paling membantu dalam posisi pembelanjaan
sehari-hari, ialah bahwa dengan mendapatkan dana dari kelompok SPP belanja untuk konsumsi kebutuhan dapur, kebutuhan
lainnya dapat teratasi, sementara kami
kaum perempuan di desa justru belanja sehari-hari itu yang paling banyak menyedot biaya.
Dan
yang paling mengembirakan bagi kami
karena hasil ladang, peternakan,
sawah tidak perlu lagi dijual untuk biaya hidup sehari-hari, tapi justru bisa
menjadi pendapatan yang bisa ditabung, bisa beli sapi atau kambing yang
dikembang biakkan, demikian pengalaman menjadikan SPP sebagai modal.
Melihat
pernyataan pemampaat tersebut di atas dapat disikapai bahwa
sebenarnya bantuan modal itu tergantung kepada individu yang mengelola dana
tersebut, semakin hati-hati dan bersemangat, beritikad baik dalam menggunakan
dana ini, hasilnya pasti semakin
fositif. Ahirnya seluruh masyarakat yang menjadi responden puas dengan rona wajah yang menyiratkan
kebahagiaan angan melayang ke angkasa masa depan yang cerah, terjawab sudah hipotesis
bahwa PNPM Mpd merupakan amunisi baru
bagi pertumbuhan ekonomi kerakyatan di perdesaan, Pnpm ku kedatanganmu laksana
air Aqua yang menyejukkan dahaga Manggakua. (FK/FT Pajukukang/IEC)