Delegasi Vietnam lagi mendengar penjelasan Kepala BPMPDK Prov. Sulsel |
Sebanyak 22 orang
dari Negara Vietnam yang difasilitasi oleh PNPM Support Facility (World Bank)
melakukan kunjungan ke Indonesia khususnya ke Provinsi Sulawesi Selatan untuk melakukan
studi banding tentang program pemberdayaan, khususnya Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MPd) yang dilaksanakan
pemerintah Indonesia dalam menanggulangi kemiskinan.
Kedatangan mereka di sambut oleh Kepala Badan Pemberdayaan
Masyarakat Desa dan Kelurahan (BPMPDK) Provinsi Sulawesi Selatan, Ir. H. Muh.
Kasim Alwi, MP di ruang rapat gubernur, Rabu 27 Agusus 2014. Hadir pada kesempatan
tersebut wakil dari Dinas-Dinas yang berkompeten dalam masalah penanggulangan
kemiskinan di Provinsi Sulsel antara lain Bappeda, Dinas Pertanian, Dinas
Sosial dan BPS. Hadir pula PJOProv. Sulsel, Rais Rahman, S.STP, M.Si, Deputy
Team Leader for Program Control Division NMC, Safwan, Team Leader/Regional
Coordinator RMC 5 Jakarta, Agusman, Provincial Coordinator PNPM-MPd Provinsi
Sulsel, Andi Indra beserta jajarannya Management
Information System Specialist (MIS), Infrastruktur
Spesialist dan Communication Information
& Education Specialist (IEC).
Dalam arahan singkat wakil dari world bank, Ibu Kuntari mengatakan bahwa kedatangan delegasi Negara
Vietnam ini dipimpin oleh Mr. Young (di Indonesia setara Bappenas) dengan
anggotanya yang terdiri dari berbagai instansi di Vietnam. Kedatangan mereka ke
Indonesia khusunya Provinsi Sulsel yakni ingin mengetahui tiga hal pokok yakni
1) Bagaimana peranan PNPM-MPd Prov. Sulsel dalam penanggulangan kemiskinan, 2)
Ingin belajar bagaimana mekanisme fasilitator dalam menjalankan peranannya
untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi dan 3) Bagaimana struktur anggaran yang dipakai
PNPM-MPd.
World Bank, Kepala BPMPDK & Koordinator Team Vietnam |
Menjawab
semuanya itu Kepala BPMPDK Provinsi Sulsel dalam arahannya mengatakan bahwa secara normatif, penanggulangan kemiskinan merupakan salah satu tujuan dan
sasaran pokok Negara yang harus dipenuhi tertuang dalam program pembangunan
nasional. Dalam kerangka perencanaan pembangunan, upaya penanggulangan
kemiskinan perlu ditempatkan dalam bingkai proses perubahan struktur
(transformasi structural) yang sedang berlangsung dalam masyarakat sebagai
hasil dari pembangunan.
Dalam tataran makro, dimensi
kemiskinan yang begitu luas mengharuskan setiap upaya penanggulangan kemiskinan
dilakukan secara terpadu, terarah dan berkesinambungan dalam program
pembangunan baik sektoral, regional dan Nasional. Dalam tataran mikro, model
pemberdayaan masyarakat sebagai dasar penanggulangan kemiskinan sangat efektif
untuk menjembatani berbagai program pembangunan seperti PNPM Mandiri.
Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep
kebutuhan dasar (basic needs approach). kemiskinan dipandang sebagai
ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan
bukan makanan, yang diukur menurut garis kemiskinan (makanan & bukan
makanan).
“Garis kemiskinan makanan
adalah nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan (setara 2100 kalori p er
kapita per hari); sedangkan garis kemiskinan bukan makanan adalah nilai minimum
pengeluaran untuk perumahan, sandang, pendidikan, kesehatan dan kebutuhan pokok
non makanan lainnya,” kata Kepala BPMPDK.
Ditambahkan, sumber penghasilan utama petani di
Provinsi Sulsel bahwa 27-36 % rumah tangga pertanian menggantungkan
penghasilan utamanya pada sub sektor Tanaman Pangan. Pada Agustus 2013, dari
1.428.151 penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja di sektor pertanian,
separohnya berstatus Kepala Rumah Tangga dan 31% nya merupakan pekerja keluarga
yang tidak dibayar Sedangkan pendapatan petani 96% rumah tangga pertanian pendapatannya
hanya sampai dengan Rp. 1 juta per bulan dan hanya 4 % yang pendapatannya
antara Rp 1 juta – 2 juta per bulan
Jajaran PNPM Mandiri Perdesaan & PSF |
Dijelaskan bahwa berdasarkan Perpres 15/2010 maka
pengelompokan program-program penanggulangan kemiskinan dibagikan dalam tiga
klaster yakni Klaster I Bantuan Sosial
Berbasis Keluarga, Klaster II Perberdayaan Masyarakat dan Klaster III Pemberdayaan
Usaha Mikro dan Kecil. Dengan demikian PNPM-MPd masuk dalam klaster ke
II yakni meningkatkan kemampuan dan pendapatan masyarakat miskin dengan
karakteristik Pendekatan partisipatif berdasarkan kebutuhan masyarakat,
penguatan kapasitas kelembagaan masyarakat, dan pelaksanaan kegiatan oleh
masyarakat secara swakelola dan berkelompok.
Dalam menjawab pertanyaan bagaimana mekanisme fasilitator
dalam menjalankan peranannya untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi dan bagaimana
struktur anggaran yang dipakai PNPM-MPd secara bergantian PJOProv. Sulsel, Rais
Rahman, S.STP, M.Si dan Provincial Coordinator PNPM-MPd Provinsi Sulsel, Andi
Indra mengatakan bahwa lokasi dan alokasi
PNPM Mandiri Perdesaan terdiri dari 2.308 Desa, 238 Kecamatan, 20
Kabupaten dengan alokasi anggaran Block Grant: Rp 270,65 Miliar (Total Block
Grant 1998 - 2014: Rp 2,644 Triliun).
Dikatakan, secara teknis pengelolaan fasilitator di
Provinsi Sulsel sebanyak 544 orang dengan rincian sebanyak 60 orang fasilitator
Kabupaten (FasKab) dan 484 orang Fasilitator Pemberdayaan Kecamatan dan
Fasilitator Teknik Kecamatan (FK/FT) yang tersebar merata di 20 kabupaten dan
238 kecamatan.
Pola
yang dipakai dalam rekruitmen fasilitator kata PJOProv dan Korprov bahwa
rekruitmen fasilitator berdasarkan kebutuhan lapangan dan rekruitmen dilakukan
secara terbuka bagi WNI yang memenuhi persyaratan dan proses rekruitmen sangat
selektif berdasarkan
pengalaman kerja yang dimiliki oleh fasilitator dan dana PNPM-MPd bersumber
dari APBN.
Foto Bersama Usai Pertemuan |
Ditambahkan
bahwa pengelolaan PNPM Mandiri Perdesaan dilaksanakan secara teknis operasional
oleh Satuan Kerja (Satker Provinsi), Fasilitasi Penentuan Lokasi Sasaran dan
Dana Daerah Urusan Bersama (DDUB) Kabupaten, Penyediaan Dana Pendampingan
Administrasi Program (PAP), Pengendalian Program melalui Rapat Koordinasi Rutin
setiap 2 bulan sekali serta supervisi lapangan secara berkala Pengendalian dan
pembinaan Fasilitator dan Penanganan
Masalah.
Delegasi
Vietnam ini akan melakukan kunjungan lapangan selama dua hari yakni Kamis dan
Jumat (28-29 Agustus) yang terbagi dalam dua kelompok yang akan berkunjung ke
empat kecamatan di Kabupaten Maros yakni Kecamatan Malawa, Bontoa, Camba dan
Kecamatan Simbang untuk melihat berbagai kegiatan yang telah dilaksanakan oleh
PNPM-MPd dan akan kembali ke Jakarta pada Sabtu, 30 Agustus 2014. (IEC
Sulsel)
0 comments:
Post a Comment